Oleh: Dr. Silmy Karim, M.Ec.
Harian Kompas pernah menurunkan ulasan mantan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (31/1/2015) perihal industri pertahanan di Tanah Air.
Pesan moral dari pokok pikiran itu menggarisbawahi status industri pertahanan (indhan) sebagai industri yang melayani kepentingan strategis negara dan bangsa dalam pengadaan alat pertahanan keamanan.
Pengadaan alat pertahanan keamanan bermuara pada dua garis besar kebijakan: impor atau produksi sendiri.
Dewasa ini banyak negara maju memilih opsi kedua karena terkait dengan pertimbangan penegakan kedaulatan dan kemandirian suatu negara. Lebih dari itu, kemajuan indhan menjadi brand dari status negara maju, seperti kita lihat dengan hadirnya indhan yang canggih di Amerika Serikat, Rusia, Inggris, dan Perancis dengan aneka produknya yang mendunia.
Penggerak perekonomian Laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan, perusahaan pertahanan besar, seperti Lockheed Martin, EADS, dan BAE System, bisa mempekerjakan karyawan hingga ratusan ribu orang dan memiliki keuntungan jutaan dollar AS dalam satu tahun penjualan.
Sampai detik ini, omzet terbesar Boeing bukan dari penjualan pesawat jet komersial, melainkan dari produk militer, seperti pesawat tempur F-15 Eagle, F-22 Raptor, helikopter tempur Apache, helikopter angkut Chinook, dan pesawat angkut militer C-17 Globemaster.
Berbagai contoh indhan terkemuka ini juga menjadi penggerak roda perekonomian dan industri di negara yang bersangkutan. Aspek strategis lainnya adalah spillover effectdari pemanfaatan teknologi hasil riset militer untuk kepentingan sipil.
Sebut saja pengembangan jet komersial Boeing 747 awalnya merupakan turunan dari prototipe untuk kepentingan militer. Komputer yang kita kenal sekarang juga berasal dari proyek yang dirintis AS sejak tahun 1945.
Proyek virtual network yang dikembangkan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) tahun 1974 menjadi dasar pengembangan internet yang kita nikmati sekarang.
Produk lain, seperti global positioning system (GPS), semikundoktor, mesin jet, pendingin, reaktor nuklir, kontainer kapal, satelit cuaca, dan sistem navigasi, sesungguhnya lahir dari R&D untuk kepentingan militer.
Kehadiran indhan yang mampu melahirkandual-use technology ini mendorong kemajuan ekonomi negara bersangkutan.
Penelitian beberapa ekonom, yang paling terkenal di antaranya Emile Benoit, menemukan hubungan yang positif antara belanja pertahanan suatu negara dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Robert De Grasse Jr, belanja pertahanan berperan menciptakan lapangan kerja, peningkatan daya beli, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Maknanya, belanja pertahanan yang disalurkan ke indhan dalam negeri mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang pesat memberi ruang fiskal dan kebutuhan lebih tinggi bagi pemerintah untuk meningkatkan belanja pertahanan.
Pemerintah sendiri sudah sepenuhnya sadar akan keterkaitan yang erat antara pertumbuhan ekonomi, pembangunan postur pertahanan, pengembangan industri, dan upaya pencapaian teknologi.